Jumat, 19 April 2013

Ekologi Hewan



SOAL
1.        Konsep waktu-suhu yang berlaku pada hewan  poikilotermik sangat berguna aplikasinya dalam pengendalian hama pertanian, khususnya dari golongan serangga. Jelaskan arti konsep waktu secara singkat, dan berikan contoh ulasannya terkait dengan kasus ulat bulu yang menyerbu tanaman mangga di Probolinggo Tahun 2010.

2.        Jelaskan pemanfaatan konsep kelimpahan, intensitas dan prevalensi, disperse, fekunditas, dan kelulushidupan dalam kaitannya dengan penetapan hewan langka!

3.        Jelaskan aplikasi konsep interaksi populasi, khususnya parasitisme dan parasitoidisme, dalam pengendalian biologis. Berikan contohnya!

4.        Nilai sikap dan karakter apa yang harus ditumbuhkan pada siswa ketika belajar konsep-konsep dalam ekologi hewan? Berikan contoh riilnya!

5.        Uraikan satu contoh pemanfaatan indikator hewan untuk monitoring kondisi lingkungan secara mendetail, mulai dari jenis, prinsip dan praktik pemanfaatannya!

6.        Apakah manfaat pengetahuan tentang relung bagi aktivitas konservasi? Berikan salah satu contoh hewan langka, lakukan kajian tentang relungnya. (dalam satu kelas, hewan yang dikaji tidak boleh sama)!



Jawaban

1.         Konsep waktu suhu penting artinya untuk memahami hubungan waktu dengan dinamika populasi hewan poikiloterm. Dengan mengetahui konsep waktu suhu kita dapat memprediksi kapan terjadi peledakan populasi, bisa saja setiap tahun peledakan populasi akan terjadi maka dengan konsep waktu suhu, setidaknya ada tindakan yang dapat menangani hal tersebut, Seperti dengan membrantas karena hewan ini merupakan hama dalam pertanian Dan untuk memberantas hama tersebut harus cepat karena memberantas telur dan pupa berbeda dengan memberantas hewan dewasanya atau dengan kata lain konsep waktu-suhu ini sangat penting dalam pengendalian hama bagi petani.
kasus ulat bulu yang menyerang tanaman mangga di porbolinggo karena musim hujan yang panjang menyebabkan kelembapan udara. Suhu yang tinggi berdampak terhadap iklim mikro yang mendukung perkembangan ulat bulu. selain itu tidak adanya musuh alami sehingga ulat bulu terus bereproduksi.
      Penanaman mangga yang mengarah pada varietas tunggal (manalagi) dan program hutan produksi secara langsung juga menurunkan stabilitas lingkungan dan memutus atau menyederhanakan rantai makanan pada tingkat rantai energi secara menyeluruh. Kondisi tersebut diperparah dengan penggunaan pestisida yang tidak bijaksana yang menyebabkan
keanekaragaman herbivora menurun dan kemudian diikuti oleh menurunnya ragam dan populasi musuh alami. Peristiwa tersebut diduga sebagai faktor pemicu timbulnya ledakan populasi ulat bulu,terutama A. submarginata.
( Sumber: Jurnal ULAT BULU TANAMAN MANGGA DI PROBOLINGGO:IDENTIFIKASI, SEBARAN, TINGKAT SERANGAN,PEMICU, DAN CARA PENGENDALIAN) 

Siklus Hidup Ulat Bulu

 

2.         Tinggi rendahnya jumlah individu populasi suatu spesies hewan menunjukkan besar kecilnya ukuran populasi atau tingkat kelimpahan populasi itu. Area suatu populasi tidak dapat ditentukan batansnya secara pasti, sehingga kelimpahan  populasi pun tidak mungkin dapat ditentukan. Hal demikian terutama berlaku bagi populasi alami hewan-hewan bertubuh kecil, terlebih yang nocturnal atau tempat hidupnya sulit dijangkau. Maka, digunakan pengukuran tingkat kelimpahan populasi persatuan ruang dari yang ditempati yaitu kerapatannya.
       Ketika di kaitkan dengan Kelangkaan suatu spesies dapat diakibatkan oleh satu atau beberapa penyebabnya Area yang dihuni spesies menjadi sempit atau jarang. Suatu habitat yang kondisi lingkungannya khas biasanya dihuni oleh spesies yang telah teradaptasi secara khusus untuk lingkungan tersebut. Tempat-tempat yang dapat dihuni spesies hanya cocok huni dalam waktu yang singkat, atau tempat itu letaknya di luar jangkauan daya pemencaran spesies hewan.   Tempat-tempat yang secara potensial dapat dihuni, menjadi tidak dapat ditempati akibat kehadiran spesies lain yang merupakan pesaing, parasit atau predatornya. Dalam area yang dapat dihuni, ketersedian sumber daya penting seperti makanan dan tempat untuk berbiak menjadi berkurang.

3.  parasitisme merupakan hubungan antara dua makhluk hidup yang mengakibatkan makhluk hidup yang satu mendapatkan keuntungan, sedangkan makhluk hidup lainnya mengalami kerugian. Contohnya: Benalu pada pohon mangga merugikan pohon mangga karena asupan makanan pohon mangga yang seharusnya untuk pertumbuhan dan perkembangan pohon mangga diambil oleh benalu sehingga asupan zat-zat unsur hara yang diperoleh pohon mangga berkurang. Sedangkan Parasitoidisme merupakan organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh dan sering mengambil makanan dalam proses itu. Jenis hubungan ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi yang cepat, seperti serangga, atau tungau.
Hubungan yang bersifat parasitisme antara dua organisme yang berbeda kemungkinan juga terjadi pada hampir semua filum di alam, termasuk pada moluska. Cukup banyak jenis moluska yang bersifat parasit bagi organisme lain, baik bagi organisme yang termasuk filum moluska sendiri maupun organism dari filum yang lainnya. Ada kalanya hubungan parasitisme yang terjadi tersebut bersifat spesifik, yaitu satu jenis parasit hanya dapat hidup pada inang tertentu saja (BAUMILLER 1990; BAUMILLER & GAHN 2002). Salah satu contohnya adalah yang terjadi pada siput Thyca crystallina (Eulimidae, Gastropoda) sebagai parasit spesifik pada bintang laut biru Linckia laevigata (Ophidiasteridae, Asteroidea) (ELDER 1979; JANGOUX 1987; CRANDALL et al. 2008)                 

4. Nilai sikap dan Karakter yg harus ditumbuhkan pada siswa adalah kecintaan terhadap suatu hewan. Berawal dari kecintaan terhadap hewan tersebut akan membawa siswa kepada tempat hidup hewan/lingkungan. Dan secara otomatis kecenderungan tersebut akan membawa siswa terhadap kecintaan yg lebih pada lingkungan terutama dalam usaha perawatan maupun konservasinya.

5. Penggunaan Cacing tanah sebagai indikator kondisi lingkungan, Cacing tanah selama ini paling banyak digunakan untuk mengetahui kondisi tanah pada suatu daerah. Memperbaiki kondisi tanah agar bisa menguntungkan pertumbuhan tanaman. Cacing tanah dapat membantu mengolah sampah dapur menjadi kompos yang baik untuk tumbuhan,Terlebih kotoran cacing mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, potasium, dan kalsium yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Kegiatan menggali yang dilakukan cacing tanah mampu meningkatkan jumlah udara dan air dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur dan baik untuk ditanami semua jenis tanaman.
mepunyai tekanan lingkungan yang relatif berat, dengan kondisi pH tanah rendah (sangat asam), dan bahan organik rendah (Anwar, 2009). Masing-masing spesies cacing tanah memiliki ciri spesifik sesuai dengan peran ekologis pada habitatnya serta kebiasaan dalam menggali terowongan. Amynthas gracilis termasuk cacing tanah anesik, Cacing tanah anesik merupakan cacing tanah yang berukuran besar dan mampu membentuk terowongan yang dalam dan ukuran yang lebih. Cacing tanah anesik dan endogeik merupakan “soil engineer” yang berperan penting dalam mencampur serasah dengan lapisan tanah di bawahnya (Hong, 2001).

6. Sejak ditetapkan sebagai jenis  tersendiri, status konservasi elang flores (Spizaetus floris) mengalami peningkatan signifikan. Persebarannya yang hanya terbatas di kawasan hutan di Nusa Tenggara sangat dipengaruhi oleh luas tutupan hutannya. Selain itu penangkapan dan perdagangan ilegal memperparah kondisi populasinya di alam. Persebaran, Populasi, dan Konservasi. Elang flores merupakan raptor (burung pemangsa) endemik Nusa Tenggara yang hanya dapat ditemukan di pulau Flores. Elang flores menyukai hutan dataran rendah dan submontana hingga ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Teknik memangsanya yang mudah terlihat adalah berburu dari tenggeran dan terbang mengangkasa memanfaatkan aliran udara panas.
           
   Gambar Elang flores (Spizaetus floris)